Cerita, Cinta, dan Kita

Kamis, 12 Juni 2014

Sebuah Tanya

“Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
Sambil membenarkan letak leher kemejaku”
Kabut tipis pun turun pelan – pelan di lembah kasih
Lembah mandala wangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan – hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
“Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
Lampu – lampu berkelipan di Jakarta yang sepi
Kota kita berdua
Yang tua dan terlena dalam mimpinya
Kau dan aku berbicara
Tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita
“Apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu.
Kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta?”
Haripun menjadi malam
Kulihat semuanya menjadi muram
Wajah – wajah yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti
Seperti kabut pagi itu
“Manisku, aku akan jalan terus

Membawa kenangan – kenangan dan harapan – harapan bersama hidup yang begitu biru”

-Soe Hok Gie-
Read More

Harian Sinar Harapan 18-08-1973

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
Tapi aku ingin habiskan waktuku disisimu sayangku
Bicara tentang anjing – anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga – bunga yang manis dilembah mandala wangi
Ada serdadu – serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
Ada bayi – bayi yang mati lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati disisimu sayangku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya – Tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
Mari, sini sayangku
Kalian yang pernah mesra,
Yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langit atau awan mendung
Kita tak pernah menanamkan apa – apa
Kita takkan pernah kehilangan apa – apa
Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda
Dan yang tersial adalah berumur tua
Berbahagialah mereka yang mati muda
Makhluk kecil kembalilah dari tiada – ke tiada

Berbahagialah dalam ketiadaanmu

-Soe Hok Gie-
Read More

Pesan

Hari ini aku lihat kembali
Wajah – wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaan
Dan demokrasi
Dan cita – cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka
Yang tanpa tentara mau berperang melawan diktator
Dan yang tanpa uang mau memberantas korupsi
Kawan – kawan kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan

Selalu dalam hidup ini ?

-Soe Hok Gie-
Read More

Dengan Satu Kata

Cahaya matahari senja
Luruh menimpa ketenangan waktu
Seakan mengajak pergi fajar paginya
Memecah kabut diantara jaring kecilnya

Semburat keperakan memantul riang
Menyerupai permadani perak dibalut senyum embun kecil

Nampak dari kejauhan, mendung berarak pulang
Mendekati langit diatas hari
Terbias... lekas menghilang dalam tatapan fajar

Suryapun bersinar tajam
Bersama penghuni langit beriring menyentuh
Saling bersahutan mereka dalam gerakan
Sesekali menatap mengharap yakin

Ada kisah yang harus terjadi
Ada waktu dimana saat itu tidak ada lagi
Ada rasa yang kian membuncah
Membiru terpukul waktu

Aku tidak bisa berhenti
Tidak bisa berhenti untuk terus ungkapkan
Sejuta pesona mekar dijiwa
Mengajak kepak sepasang sayap...terbang...terbang menghampiri
Untuk harapkan yang terakhir dalam dermaga hati

Dalam tanganMu Engkau pelukis langit
Dalam setiap rajut mimpiMu
Terjadilah untuk sesaat lamanya
Terjadilah dalam wujud senyumMu

Dengan satu kata...

Andaikan bisa... 
Read More

Mandalawangi - Pangrango

Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang – jurangmu
Aku dating kembali kedalam ribaanmu,
Dalam sepi dan dalam dinginmu
Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku
Aku cinta padamu, Pangrango
Yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala cintamu
Dan cintaku adalah kebisuan semesta
Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti
Mandalawangi kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua
“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda Tanya”
Tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah dan hadapilah
Dan antara ransel – ransel kosong dan api unggun yang membara
Aku terima ini semua
Melampaui batas – batas hutanmu
Melampaui batas – batas jurangmu
Aku cinta padamu, Pangrango

Karena aku cinta pada keberanian hidup

-Soe Hok Gie-
Read More

Kelam

Teruskan ku terjang ombak dipantai
Yang terus kau hempaskan badai
Selalu kau menjatuhkanku dengan rinai
Hampir saja kau buat aku usai

Entah berapa lama lagi
Ku mampu bertahan
Dalam derasnya hantaman hujan
Bertubi – tubi kau berikan hujatan

Kini ku berserah diri
Apapun yang terjadi
Meski akhirnya ku menyadari
Kau tak lagi di sisi

Ini akhir yang begitu panas
Tak mampu membuat kau puas

Mungkin kan datang secercah pelita
Dan akhirnya matapun terbuka
Untuk sekedar melepas penat di dada

Yang akan kembali menyesakkan dada

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Kata Terakhir

Wajah pasi tak berisyarat
Memeluk erat yang tak bergerak
Berbicara pada yang diam
Tersenyum manis tak bermakna
Menyentuh dasar dirimu yang diam
Tetesan rembulan malam ini
Jatuh menuju dermaga abadi
Seakan asing bahasa yang kau ucap
Tutur lembut titisan sang dewi
Bersatu kelu rasa yang hampa
Berjalanlah sampai dekat cahaya mentari disana
Rangkaian terindah terhampar untukmu
Tangis menghantarkanmu kesana
Sampai untaian akhir di pinggiran waktu

Kau selalu dihati

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Tanpa Judul 3

Seperti hadir dimimpi para raja
Bersenandung ria ku dihiburnya
Terlena keindahan yang fana
Ku terbuai…

Sekat kini tiada
Derasnya perbedaan, hilang
Menanggung canda tawa
Yang dibuat menjadi derita

Apa para permaisuri bermain angin
Ditengah lilin yang sedang menyala?
Menyudut sepi ditengah para pengelana

Bermain api disudut ruangan
Beralaskan cinta
Yang memberikan keindahan

Payung hitam menari dengan indah
Gembira para setan bawah laut

Didepan para malaikat yang malu
Read More

Tanpa Syarat

Seperti saat ini 
Degup rindunya tak terjamah 
Merasuk tenggelam dalam relung 
Menjatuhi setiap tetes rindu 
Bermuara satu pada muara cinta 
Tak terelakkan 
Menyisakan sedikit tawa, menyelipkan sepenggal kepedihan 
Menjauhlah 
Berlari sampai hanya aku yang kau temui 
Sampai hanya aku yang kau nanti 
Genggam erat hatiku 
Merangkul bersama kabut asa 
Pada indahnya nirwana cinta 
Mendekat 
Berjalan perlahan sampai hanya aku yang terlihat 
Sampai hanya aku yang dapat kau pandang 
Simpan semua kanan kirimu 
Karena aku di depanmu 
Lupakan yang ada di belakangmu 
Karena aku mendekapmu 


-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Duatiga

Bahagia rasaku memilikimu
Menuntun arah menuju terang
Kegelapan yang mendera
Lelah hariku lewati yang kelam

Menuju derasnya muara hati
Kau taklukan bebatuan dihadapanku
Kau titipkan seberkas cinta

Dalam simpuhan tetap ku mengadu
Hingga akhir….
Datangnya sang waktu
Meniti langkah menggenggam harapan

Semat kisah yang kau gantung
Membuatku untuk terus bersamamu
Indah kata terangkai hati

Inilah cintaku !!

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Dalam Genggaman

ingin lagi mengulang yang telah lama terulang
menyeka lagi derai air mata yang terusap
menyatukan kisah yang berceceran

awan hitam yang kian menghantui langit
kini membuka celah untuk mentari bernafas
membiarkan cahayanya menghilangkan kepenatan
akankah selalu seperti ini?

Kembali menuju mesin waktu
Memutar jam yang terus berdentang melawan waktu
Aku disini, melihatmu yang selalu menatapnya

Kau yang berdiri disana,
Percepatlah langkahmu memilih jalan

Jangan biarkan hati menjadikanmu bimbang
Read More

Bangkit

Menemukan impian
Disetiap pertemuan
Menghadirkan bekas – bekas goresan
Yang semakin terasa terbuka

Lihatlah hatimu yang tergantung
Tak ada yang menyentuh
Terlalu dalam untuk dipandang
Menuntut untuk terus bergerak maju

Hei, bukalah pintumu!
Semakin merapat kau kan terdiam
Diselimuti ketakutan menyentuh kisah
Menyeruak keseluruh nurani

Berderai mengalir damai mata air kepastian
Mengukir sejauh mana kau mampu berlari
Menghitung seberapa lama ku selalu didepanmu

Memekik suasana kau hembuskan
Detik demi detik kau hempaskan
Lagi…
Menyatu lagi dengan kekosongan

Ini nyata, bukalah matamu
Jangan terus kau pejamkan

Hingga kau lihat beningnya mata air ditangamu

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Ayah

Sesak terasa peluh terurai
Disetiap nafasmu tersebut namaku
Dalam usaha kau berdo’a
Tetap menjadikanku yang terbaik

Gersang tanahpun mampu kau lembapkan
Lelah yang mendera takkan menghalangimu
Disetiap tetes keringatmulah aku hidup

Kerasnya perjalanan
Mampu mengikis tenagamu
Namun kerasnya diriku
Takkan mengikis cintamu

Dalam tidurmu tersirat letih
Menandakan pada tubuhmu yang lemah
Lelapmu , bahagiaku
Mampu melihatmu tertawa dan tersenyum

Itulah pelitaku…

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Hati

Musuhmu bertalun
Menggebu bara api
Menyulut semangat dalam dada

Kawanmu berhenti
Denyut nadi melemah

Semua sejenak terhempas
Terlempar dalam dimensi tanpa batas
Pusaran hitam mulai menggulung
Menghanyutkan jiwa – jiwa kotor

Hadapi kenyataan
Tak semudah memberi kepalsuan
Pamrih musuhmu tak letih

Resapi kehadirannya
Tanggapi kehatian – hatinya
Membaca hati pikiran yang suci
Beribu noda terkoyak nyawa

Ratusan jiwa melayang tak tentu arah

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Ketakutan

Kaki – kaki lusuh
Berjalan mengitari hidupku
Dimana ku berlari disana ia menanti

Menapku dingin..
Dekati .....
Ia menjauh
Tiada kehidupan yang terlihat
Membasuh muka, ini kenyataan

Mengamati penuh sesal
Kepedihan ku rasakan

Seseorang yang bukan aku
Berjalan lurus melayang di angkasa

Pelita terpancar dari wajahnya
Senyuman itu mengubah segalanya
Kini mampu ku gapai dirinya
Yang ku terangi dengan sinarnya

Yah...
Aku mengerti,
Ketidakpahaman bukanlah jawaban


Awal yang indah

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Lepaskan

Datang lagi sepucuk surat menggulung dihadapan
Menyusuri jejak – jejak kisah yang tak dikenal
Untuknya ku musnahkan segala angan
Menyapu setiap bulir air yang menyapa terpental
Singgah dalam relung yang tak bertepi

Menyerukan suara – suara asing yang menghampiri mendekat
Mengetuk setiap derap langkah yang menggenang
Menyatukan rangkaian yang terpisah
Dengan arah yang tenang menggapai impian
Mencari jalan keluar

Disetiap pertempuran…
Menyiapkan jalan terbaik untuk menghancurkan
Bertemu arah yang menyesatkan, itu lebih baik !
Lalu apa kendalamu untuk menghalangiku?

Berlarilah !
Berlari hingga tak ada yang akan menjemputmu

Aku muak !

Memusuhi setiap lintas alam dimata
Menata masa tak harus kaku, semua bisa indah meski melekuk
Lalu untuk apa garis lurus yang kau buat?
Untuk menusukmu kemudian?

Atau untuk terus menodongmu, memaksamu untuk terus berdiri meski kau tak mau?

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Inikah Hati Manusia?

Berluruskan iman
Bertempuh nurani
Lumuran dosa terbasuh basah
Pada tetesan air mata

Jatuh merantau nan jauh disana
Membawa segenggam mawar berduri
Putihnya yang kau tukar dengan merah
Hingga kini terus berubah – ubah

Tancapkan luka pada relung
Mengetuk hati insan yang dimabuk
keindahan dunia sekitar

Mengasah pikiran demi titik terang
Bukit terjalpun mampu terlewati
Namun sungai jernih yang mengalir tenang
Tak kuasa ku taklukan

Begitu hati yang didera pilu
Resah datang tak kunjung berpamit
Rekahan melati yang kau bakar sepuasmu

Inikah hati manusia?

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Tanpa Judul 2

Pancaran sinar redup
Dihitamnya matamu
Kelam kurasakan penderitaanmu

Tersirat jelas apa yang kan kau ucap
Meniti jarak dihadapan mata
Hingga indahmu berubah remang

Sampai kudapati dirimu
Disisi sudut hatiku
Menatap penuh harap
Mengharapkan belas kasih
Yang tak kunjung mendekatimu

Rasakan kesepian sampai kau terbunuh
Suramnya masa lalumu

Membuatmu jatuh terpuruk dalam pelukanku

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

Description

Seorang istri, anak, kakak, adik, dan pendidik.

About Me

Foto saya
Perempuan biasa yang tak pandai bicara

Friendship

Pageviews

About

Untaian kata yang tak pernah henti terurai. Huruf-huruf yang tersedak di tenggorokan, menutup muka untuk keluar. Semakin dalam, semakin sulit diungkapkan. Lewat tulisan aku menyapamu, lewat tulisan aku bercerita dan lewat tulisan aku mengenalmu.