Cerita, Cinta, dan Kita

Selasa, 08 September 2015

Prolog (lagi)



            Kemarin, setengah mati aku merindumu. Hari ini, setengah hati aku menemuimu. Merindumu bukan sekedar kata yang terucap. Ia selalu menancap dalam dada, menyakiti siapapun yang mendekat. Sedetikpun rindu tak memberiku kesempatan untuk bernafas lega.
            Merindukanmu bagai berdiri ditengah hamparan duri. Aku tak bisa menemukan jalan keluar dari duri-duri yang terus menyakiti langkah kakiku. Rindu selalu mengawasiku, dimanapun dan kapanpun. Ia tak pernah lelah mengingatkanku tentangmu. Membuat batin ini semakin perih merasakan rindu yang mengiris hati.
            Ah, rindu. Satu kata yang tak pernah terungkap maknanya, walau memiliki beribu macam arti. Satu kata yang mampu melumpuhkan ingatan tentang apapun kecuali dirimu. Hei rindu, kenapa kau begitu licik, kau memaksaku untuk menjabat tanganmu sebagai tanda bahwa akulah hambamu. Apa kau sekejam itu, rindu?
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

Description

Seorang istri, anak, kakak, adik, dan pendidik.

About Me

Foto saya
Perempuan biasa yang tak pandai bicara

Friendship

Pageviews

About

Untaian kata yang tak pernah henti terurai. Huruf-huruf yang tersedak di tenggorokan, menutup muka untuk keluar. Semakin dalam, semakin sulit diungkapkan. Lewat tulisan aku menyapamu, lewat tulisan aku bercerita dan lewat tulisan aku mengenalmu.