Memang tegar tak semudah membalikkan telapak tangan. Setelah lama kau biarkan aku menggantungkan harapanku di pundakmu, akhirnya kau biarkan aku jatuh dan berusaha menyelamatkan diriku sendiri. Kenapa setelah aku terbiasa denganmu, dengan tega kau lepaskan aku, kau ingin mengajarkan ku menjadi wanita tegar? Ya, aku bisa. Tapi tak secepat itu. Masih berat bagi ku merelakanmu pergi dengan jalanmu, dan kau membiarkan ku berjalan di jalanku. Melihatmu yang kian menjauh dari pandangan. Rupanya memang sangat sulit masih bisa tersenyum di depanmu, masih bisa memaklumi segala kesibukanmu, masih bisa memberimu semangat agar kau tak merasa sendiri. Tapi aku? tak ada yang menguatkan, segalanya aku lakukan sendiri. Benarkah tak ada celah di sibukmu untukku? Benarkah aku memang tak bernilai untukmu? Selalu, setiap dalam sibukmu kau acuhkan ku. Kau tahu? Aku tidak setegar itu. Dan aku menyadarinya, ternyata aku bukan wanita tegar :)
Read More
Seberapa jauh pun kita
melangkah ke arah yang berbeda, kita pasti akan bertemu
Pasti
Seburuk apapun masa lalumu
Sehina apapun masa laluku
Mari kita ciptakan masa depan
yang lebih baik
Tinggalkan labirin kehidupan
yang membuat pandangan buram
Langkahkan kaki ke taman penuh
warna
Disana ada aku
Yang menantimu
-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More
Berdirilah
Berjalan beriringan dengan
masa depan
Tapi jangan biarkan dendam
masa lalu memenuhi ruang hatimu
Berdamailah
Karena tak kan pernah ada masa
depan tanpa masa lalu
Bahkan pelangipun pernah
mengkhianati hujan
Tapi bukankah hujan tetap
setia menunggu kedatangan pelangi?
Meskipun pelangi sering
mengkhianati hujan, penghuni alam lebih menginginkan kehadiran pelangi
Kau tahu bagaimana hujan?
Ia tetap melimpahkan
kebahagiannya meskipun seringkali dirutuk
Ia tak pernah lelah apalagi
menyimpan dendam pada pelangi
Hujan yang selalu dirundung
pilu
Menangis tersedu setiap waktu
Pelangi tak pernah tahu
Pelangi hanya tersenyum dalam
ketidaktahuannya
Ironi bukan?
-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More
Kelam malam tak banyak
bertutur
Hanya pekatnya yang mewakili
Relung ini entah pergi kemana
Ia menjangkau semua
kemungkinan, hingga tak ada satupun yang di dapat
Tersudut dalam riuhnya dunia
Tak ada mata yang melihat,
menoleh pun enggan
Seperti inikah dunia yang
seharusnya kumiliki?
Tak tegakah Kau membiarkanku
terkapar tanpa teman?
Sepi ini semakin merenggut
jiwaku
Bertemankan pekat malam tanpa
bintang
Bulanpun malu untuk
menampakkan wajahnya
Cepatlah datang hai pagi
Aku menunggumu dibalik jendela
kamar
-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More
Rasanya beban ini terlalu berat di pundakku, penat sekali hidup ini. Kau tahu? dengan hanya melihatmu saja aku ingin sekali bersandar di pundakmu, diam meresapi nyamannya berada di pundakmu, tak perlu bicara hanya siapkan saja pundak dan dadamu untuk ku bersandar. Tapi, belakangan ini aku merasa aku selalu terlihat lemah di hadapanmu, sampai akhirnya aku urungkan niat untuk meminjam pundakmu, aku ingin terlihat tetap kuat untukmu, meskipun sebenarnya aku benar-benar ingin sekali menangis di pundakmu, bersandar selama yang aku perlukan.
Aku tahu, kau tidak hanya sebagai teman hidupku, tapi bagiku kau juga ayahku, kakakku, sahabat terbaikku, semuanya ada padamu. Aku benar-benar lelah, ingin rasanya beristirahat barang sejenak untuk melupakan semua penat yang menggantung di kepalaku, ingin meluapkan segala keluh kesahku padamu, ingin menangis sejadi-jadinya dalam pelukanmu. Tapi sekali lagi, aku urungkan niat itu, agar aku tidak selalu terlihat lemah di hadapanmu.
Read More
Description
Seorang istri, anak, kakak, adik, dan pendidik.