Cerita, Cinta, dan Kita

Selasa, 10 Maret 2015

Teruntuk Lelaki Kesayanganku

Bagaimana harimu ayah? Indahkah setiap harinya? Aku tak lagi bisa menemanimu sepanjang hari, tak lagi bisa membasuh wajah lesumu saat pulang kerja, tak lagi bisa membuat bibirmu tersenyum saat masalah mulai berdatangan.
Aku memang tak selalu melihatmu, tak setiap waktu bersamamu, namun kau selalu ada dalam doaku, ayah. Karena hanya kau alasan ku untuk bahagia, karena kau aku bisa mencinta dan mengerti arti cinta. Karena kau juga, aku bisa lebih menghargai kebahagiaan. Lantunan doaku tak pernah lepas dari namamu, ayahku.
Kebanggaan bagiku untuk menjadi putrimu, bahagiaku bisa memelukmu saat kerutan dahimu semakin membuat wajahmu lusuh, aku merasa sangat berguna saat kau memintaku untuk menghilangkan penat dan lelah yang mendera tubuhmu, memintaku untuk membuatkan teh dan kopi hangat saat kau harus terjaga di malam hari demi menyelesaikan pekerjaanmu, menemanimu hingga larut malam hanya untuk menonton acara televisi kesayanganmu, membuatkan menu makan untukmu yang selalu kau katakan itu sangat lezat, meskipun terkadang masakanku tak tentu rasa.
Betapa bahagianya diriku bisa menjadi putrimu. Kau yang tak pernah menampakkan lelah dan letihmu pada anak-anakmu, kau yang selalu tertawa meski sedang di kejar-kejar deadline pekerjaan, kau yang selalu ingin menyelesaikan semuanya dengan tepat waktu meski anak-anakmu mengganggumu, tak sedikitpun amarahmu muncul.
Bagimu tak ada yang lebih penting dari anak-anakmu, semua kepentinganmu, kau lenyapkan begitu saja hanya demi untuk membahagiakan anak-anakmu. Prioritasmu adalah kami, putra-putrimu yang sangat menyayangimu.
Aku memang tak pernah mengatakan langsung bahwa aku menyayangimu, aku memang tak selalu bisa memeluk dan menciummu, tapi percayalah dalam hati ini aku sungguh mencintaimu ayahku.
Disetiap malam, kau selalu mengawasiku saat aku sedang terlelap pulas, diam-diam kau kecup keningku dan membelai rambut hitamku, karena terkadang aku berpura-pura terlelap.
Untuk putra-putrimu, kau buang rasa malumu, kau simpan rasa lelahmu. Sungguh, aku tak pernah bisa berkata-kata untuk menyampaikan betapa aku sangat mencintai dan menyayangimu, ayah. Aku bahagia dan aku bangga menjadi putrimu, menjadi keturunanmu, terimakasih ayah, ayahku tercinta :)

-Putri kecilmu yang sedang belajar untuk dewasa-
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

Description

Seorang istri, anak, kakak, adik, dan pendidik.

About Me

Foto saya
Perempuan biasa yang tak pandai bicara

Friendship

Pageviews

About

Untaian kata yang tak pernah henti terurai. Huruf-huruf yang tersedak di tenggorokan, menutup muka untuk keluar. Semakin dalam, semakin sulit diungkapkan. Lewat tulisan aku menyapamu, lewat tulisan aku bercerita dan lewat tulisan aku mengenalmu.