Cerita, Cinta, dan Kita

Jumat, 23 September 2016

Salam cinta dari calon putrimu

Selamat pagi, Bu. Apa kabar? Lama sudah kita tak berjumpa. Aku harap, ibu baik-baik saja disana, dan semoga ibu selalu mendoakan ku seperti aku yang selalu mendoakan ibu. Bu, putramu sudah membuatku jatuh cinta. Putramu mampu membuatku merasa jatuh cinta di setiap waktunya. Terkadang memang ia bersikap menyebalkan, tapi itu manusiawi kan? Sejauh ini, aku bisa mengerti bahwa kau adalah Ibu terbaik, kau tahu kenapa? karena kau telah melahirkan putra yang luar biasa, kau telah mendidiknya dengan penuh cinta dan kasih sayang, ia selalu hidup dalam lingkungan kasih sayang yang tak pernah padam. Oleh karena itu, ia selalu menyayangiku, rasa sayangnya tak pernah padam, sebagaimana apa yang ibu ajarkan padanya.
Bu, aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada putramu. Aku juga jatuh cinta pada seluruh keluargamu. Bolehkah aku meminta putramu untuk melanjutkan didikan orang tua ku di masa depan nanti, bu? Bolehkah aku meminta putramu untuk menjadi imamku di setiap sujudku? Aku tidak akan membiarkan hakmu hilang begitu saja ketika aku meminta putramu, bu. Ia tetap putra kesayangan Ibu yang akan terus menyayangi ibu. Mungkin di masa depan nanti, di rumahmu akan bertambah satu putri yang menemani kehidupan putramu dan akan membuat ramai suasana rumah dengan malaikat-malaikat kecil yang lucu.
Bu, terkadang aku marah dan kesal padanya. Ia selalu bertindak ceroboh, ia juga sering bertindak semaunya, putramu masih saja jorok, dari pakaian hingga barang-barangnya tak pernah ia rapihkan sendiri. Jika tidak aku, pastilah ibu yang merapihkannya. Jika sedang berkendara pun, tak jarang ia selalu mengupil sembarangan, kentut pun sembarangan, bahkan ia sering mengentuti ku, bu. Tapi tak apa bu, aku ingin bisa terus membantunya dan menemaninya.
Bu, sudikah ibu menerima putri yang banyak kekurangannya ini untuk berada di rumahmu? Aku tak pandai memasak, aku tak rajin membersihkan rumah, aku pun tak pandai membereskan isi rumah, terkadang aku masih bangun kesiangan, terkadang perkataan dan sikapku selalu menyakitkan, aku pun pelupa dan juga ceroboh, aku senang berpetualang daripada di rumah, bu. Masih maukah ibu menerimaku sebagai putrimu?
Bu, terimakasih banyak selama ini kau sudah menyayangiku, meskipun kau tak melahirkan ku. Kau selalu menanyakan kabarku dan selalu ingin tahu kegiatanku, kau yang selalu rindu akan kehadiranku di rumahmu, kau yang selalu memberiku macam-macam agar aku tak kekurangan, kau yang selalu mencurahkan kasih sayangmu agar aku tak merasa kesepian. Terimakasih banyak, bu. Padahal selama ini aku telah banyak menyita waktu putramu, putramu jarang berada di rumah dan bercengkrama denganmu, tapi kau tak pernah mempermasalahkannya. Terkadang aku pun sering memarahinya dan bersikap kasar padanya, tapi kau tetap lembut padaku, kau tetap menyayangiku.
Semoga saja kau akan benar-benar menjadi ibu ku di masa depan nanti. Meskipun aku tidak terlahir dari rahimmu, tapi aku mau menjadi putrimu, bu. Aku mau hidup bersama denganmu dan juga putramu. Jagalah putramu selama aku belum menjadi putrimu, bu. Aku titipkan ia padamu, agar selalu kau panjatkan doa terbaik untuknya, agar selalu ia menjadi orang yang penyayang dan tanggung jawab, karena hanya engkau bu, yang aku percaya untukku simpan lelakiku pada pangkuanmu.
Terimakasih bu, maafkan calon putrimu ini yang masih banyak memiliki kekurangan, akan aku lepas sedikit demi sedikit kekurangan itu, agar nanti aku tidak lagi merepotkanmu.
Salam cinta dan rindu
-Calon Putrimu-

Kebumen, 23 September 2016
09.15 WIB
Read More

Selasa, 20 September 2016

Jangan bosan, ini masih tentang rindu

setiap harinya, waktu terus bertambah, begitupun rindu. ia terus bertambah, tak peduli sebesar apa aku menyediakan tempat untuknya, tak peduli bagaimana tersiksanya aku terjerat rindu. hei rindu, jika kau ingin tahu bagaimana rasanya aku dihantui olehmu, kemarilah, dekati aku, akan aku tunjukkan luka-luka ku karenamu.
Sanggupkah kau melihat luka-luka yang menganga ini? merahnya tak pernah padam, warna-warna gelap memenuhi lingkar luka ini. sudikah kau mengobatinya? hilangkan sedikit saja merahnya, agar aku tak merasa terlalu tersiksa.
jika kau sebuah batu, akan aku hancurkan kau berkeping-keping hingga menjadi butiran pasir yang hilang terbawa angin. jika kau sebuah air, akan aku teguk kau sampai habis tak tersisa. jika kau adalah hujan, aku akan berteduh agar tak setetespun darimu mengenai tubuhku. jika kau adalah petir, akan aku tutup telingaku rapat-rapat agar tak mendengar teriakanmu. namun sayangnya kau hanyalah rindu. hanya sebuah rindu. yang tak bisa ku hindari, yang tak bisa ku hancurkan, menutup mata agar tak melihatmu pun aku tak sanggup.
untukmu sang pengirim rindu, sedang apa disana? apakah kau juga merasakan rindu menggelayuti pikiranmu? sanggupkah kita bertahan bila terus rindu menghantam disetiap detiknya? mari kita saling menyelami rindu dengan doa.

Kebumen, 20 September 2016
20:35 WIB
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

Description

Seorang istri, anak, kakak, adik, dan pendidik.

About Me

Foto saya
Perempuan biasa yang tak pandai bicara

Friendship

Pageviews

About

Untaian kata yang tak pernah henti terurai. Huruf-huruf yang tersedak di tenggorokan, menutup muka untuk keluar. Semakin dalam, semakin sulit diungkapkan. Lewat tulisan aku menyapamu, lewat tulisan aku bercerita dan lewat tulisan aku mengenalmu.