Cerita, Cinta, dan Kita

Rabu, 27 Mei 2015

Rindu Tak Bertuan

Rindu
Satu kata yang tak pernah kehabisan makna
Satu kata yang tak mudah untuk di ungkapkan

Seperti tanah yang merindukan hujan,
aku ingin merindukanmu
Membiarkan rindu yang terus menjalari hati ini
Sampai nanti, sampai kau datang untuk meredakan gejolak rindu yang menggebu di hati

Atau mungkin seperti langit yang merindukan bintang
Membiarkan diriku hanyut dalam kegelapan
Hingga kau datang mengulurkan tanganmu dan menarikku dari kegelapan ini

Rindu ini tak pernah terucap, tak jua pernah terungkap
Rindu yang tak pasti untuk siapa
Rindu yang datang dan pergi seenaknya
Rindu ini terus mencari tuannya

Berharap untuk segera bermuara

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Berselimut Rindu

Satu kata lagi
Ia tak ingin keluar,
masih malu dan terus bersembunyi

Dengan jarak tak sampai pandang
Berlalu tanpa berpamit
Tak ada keluh yang lebih melelahkan
Selain berharap rindu meninggalkan

Semakin lama, rindu ini semakin menggerogoti hati,
menyesakkan dada dan menyedak tenggorokan ku
Dengan atau tanpa air mata rindu ini memaksa untuk terus bersembunyi

Suara lembut yang menyapa di setiap pagi, kini ia tengah terlelap dalam pangkuan-Nya

Tenang…

Aku takkan mengganggu tidurmu, aku selalu menyelimuti mu dengan untaian doa

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Minggu, 24 Mei 2015

Semangat yang Padam

Hari ini, seperti biasa, aku masih duduk termangu menanti keajaiban datang. Keajaiban yang akan mengubah kehidupanku, keajaiban yang bisa menggugah semangat hidupku. Masih terngiang di telingaku, sebuah kalimat yang sampai saat ini masih sulit aku cerna, "pahamilah bahasa tubuhmu sendiri!". Singkat memang, tapi aku masih mencari arti dari kalimat sederhana itu.
Pernah berpikir untukku mengakhiri semua ini, mengakhiri hidupku yang entah bisa sampai berapa lama lagi, semakin lama semangatku mulai goyah, semakin lama tubuh ini terus berdemo meminta ku untuk berhenti. Sepertinya tubuh ini sudah memulai aksi protesnya, ia lelah untuk terus ku paksakan.
Jika memang haruslah aku berhenti sampai disini, jika memang perjuanganku harus ku sudahi sampai disini, aku hanya meminta, hentikanlah aku dengan baik, Tuhan :')
Hentikanlah perjuanganku yang terasa sia-sia ini, hentikan dengan baik dan perlahan, perlahan sampai aku tak akan bisa merasakan kepedihannya. Kepedihan mendengar racauan orang-orang di sekitarku, kepedihan akan kenangan tak baik yang aku berikan pada orang-orang di sekitarku.
Jiwa ini hanya milikmu, aku tak pernah memiliki hak apapun atas jiwa ini. Jika memang Kau ingin mengambilnya kembali, ambillah, tapi jangan sampai membangunkanku.
Tubuh ini lelah, diri ini sudah tak kuasa, rampaslah kembali apa yang menjadi milikMu ini, Tuhan.
Dulu, semangat ini sungguh tak pernah sulut dalam diri, selalu terus berkobar meminta bara api jika hampir padam. Kali ini, aku sudah tak memiliki persediaan bara api itu, semangat ini hampir padam, aku sudah tak ingin memberikan bara api semangat (lagi) untuk diri ini.
Sudahlah, jika memang Kau menginginkanku untuk terus berjumpa dengan segala ciptaanMu, biarkan aku seperti ini, sampai nanti Kau akan rela dan berbaik hati untuk menjemputku, mengambil apa yang memang milikmu, aku hanya seorang peminjam yang tak tahu diri, seorang peminjam yang tak pandai menjaga, maafkan aku telah mengecewakanMu..
Read More

Senin, 11 Mei 2015

This Is My Kingdom

Aku hanya ingin membagikan sedikit duniaku padamu, setidaknya agar kau lebih mengenalku lewat duniaku, bukan lewat dunia nyata yang ku isi dengan penuh kebohongan.
Aku sangat senang jika bercerita padamu, aku juga sangat antusias mengenalkan duniaku padamu, tapi sepertinya tidak sebaliknya yang aku dapatkan. Kau memintaku untuk lebih membuka pintuku, agar kau memiliki celah untuk bisa masuk, tapi saat pintu sudah mulai ku buka perlahan, kau justru lebih memilih balik badan.
Jika saja seseorang yang lain lebih mengetahui dan lebih mengenal duniaku, apakah hal itu tidak akan menyakitkanmu?
Bukan aku memaksamu untuk mengerti ataupun mengiyakan segala ambisiku. Tapi, aku hanya merasa risih disaat orang yang sangat ku inginkan untuk lebih mengenal duniaku justru acuh, tapi orang yang tak sangat ku harapkan ia justru lebih ingin mengenal duniaku, lantas apa yang bisa aku perbuat?
Meskipun sebenarnya dia bisa saja berkata "udahlah, aku ga ngerti kamu ngomong apa" tapi dia lebih memilih diam dan lebih ekspresif atas antusiasku pada duniaku. Tapi tidak denganmu, kau justru lebih memilih diam dengan senyum "beribu makna", senyum yang entah apakah tak ingin mendengarkan atau tak ingin mengetahui, ataukah senyum masa bodoh, atau mungkin senyum senang. Aku tak bisa menyimpulkan.
Kenapa orang lain bisa lebih menghargai segala aspek duniaku dibanding dirimu? Apa kau memang sudah tak ingin lagi tahu tentang fantasiku yang mungkin sudah melebar tak masuk akal?
Setidaknya aku hanya ingin dihargai, kau bisa lebih merespon apa yang aku utarakan. Kau bisa berjabat tangan dengan penghuni duniaku.
Ah, mungkin kau tidak akan terlalu memikirkannya, kau sudah memiliki pikiran lain yang jauh lebih penting. Tapi sudikah kau ada orang lain yang mengisi duniaku, dan itu bukanlah dirimu?
Sejujur-jujurnya diriku jika kau mengenal duniaku, bila kau hanya mengenalku di dunia nyata, kau tak akan pernah tau bagaimana aku. Maukah kau menerima kebohongan dari diriku dan membiarkan kejujuranku dimiliki oleh orang lain?
Bukan maksud hatiku untuk mendua, aku hanya ingin berbagi keceriaan, tapi sepertinya kau belumlah menjadi orang yang tepat. Dia bisa lebih menghargaiku, merespon meski ia sendiri tak pernah mengerti karena memang duniaku sangat bertolak belakang dengan dunianya, tapi ia bisa belajar untuk menerima semua cerita khayalku yang sama sekali tak pernah masuk di akal. Maukah kau meminta kejujuran dariku? Membiarkanku bersikap seadanya sebagaimana keadaanku di duniaku?
:)
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

Description

Seorang istri, anak, kakak, adik, dan pendidik.

About Me

Foto saya
Perempuan biasa yang tak pandai bicara

Friendship

Pageviews

About

Untaian kata yang tak pernah henti terurai. Huruf-huruf yang tersedak di tenggorokan, menutup muka untuk keluar. Semakin dalam, semakin sulit diungkapkan. Lewat tulisan aku menyapamu, lewat tulisan aku bercerita dan lewat tulisan aku mengenalmu.