Cerita, Cinta, dan Kita

Senin, 25 Desember 2017

F3AL

Kembali ku temukan serpihan yang sempat menghilang. Mengapa semua ini saling berkaitan? Aadakah campur tanganmu agar kau tak terlepas dari pikiranku? Saat semua berjalan sesuai dengan apa yang ku harapkan, tak ada jeda, tak ada jejak dirimu, baik di hatiku maupun jemariku. Kini kau kembali hadir, bukan dengan sosok tubuh yang bisa ku gapai, bayangmu yang menggerogoti pikiranku dan membuka masa di waktu dulu. Biarkan aku berjalan dengan apa yang ku pilih -tanpamu- jangan lagi kau sesalkan waktu yang hilang karena kecerobohanmu. Aku bukan kesalahan yang bisa kau sesalkan kehadirannya, aku juga bukan kebenaran yang bisa kau andalkan. Menjauhlah dari apa yang kau tinggalkan, tak perlu membuka waktu yang telah rapat tertutup tirai malam. Aku tak ingin kau ada di sini, di sampingku.
Read More

Sabtu, 07 Oktober 2017

Surat Terbuka di Waktu Mendatang

Teruntuk suami di masa depanku yang sampai saat ini senantiasa di rahasiakan Sang Pencipta, izinkan aku berkata-kata sebelum kita dipersatukan.
Aku, seorang perempuan yang penuh dengan amarah, manja, dan sangat menyebalkan. Aku tak pernah bisa mencintai seseorang dengan benar, caraku selalu salah. Semoga padamu, yang ditakdirkan untuk menemani masa tuaku, menemaniku menikmati rinai hujan di atas balkon dengan segelas teh hangat, semoga hanya padamu caraku mencinta adalah tepat, waktu ku mencinta teramat istimewa. Kau yang teristimewa, aku ingin mencintaimu seperti kecintaanku pada hujan. Seburuk apapun hujan, aku tak pernah membencinya, aku tak pernah merutuknya, segenting apapun keadaannya saat hujan, tetap saja aku mencintainya. Untukmu suamiku di masa depan, yang sampai saat ini masih belum bisa ku jangkau, tuntunlah aku menjadi bidadari sholehahmu, genggam tanganku dan tuntun aku menuju Jannah-Nya. Untukmu, suami di masa depanku, semoga Sang Pencipta senantiasa menjagamu. Kau tau? Aku pernah khilaf mencintai seseorang sebelum kau, aku bukan sholehah idaman, tapi semoga kau bisa menyempurnakan imanku, menerimaku yang berkali-kali masuk dalam rumah yang salah, yang akhirnya membawaku pada rumah terakhirku, rumah ternyaman untukku pulang, hatimu. Lelaki ku, semoga kau masih mau bersabar sampai Tuhan mempertemukan kita. Kehidupanku tak baik, maka baikkanlah. Hatiku tak cantik, maka cantikkanlah. Imanku tak sempurna, maka sempurnakanlah.

-Hariyatunnisa Ahmad-
Surakarta, 07 Oktober 2017
08.19 WIB
Read More

Senin, 02 Oktober 2017

Teman "Hati"

Boleh aku sedikit bercerita? Tentangnya yang tak pernah lelah bersabar menghadapiku, tentangnya yang selalu bisa menenangkanku, tentangnya yang terus menghujam rindu, dan tentangnya yang membuatku jatuh cinta berulang kali.
Seorang pria yang tak pernah absen menanyakan kabar, setiap saat diwaktu luang tak pernah henti bertanya "sedang apa?", disela sibuknya tak pernah meluputkanku dari pikirannya.
Pria itu memang tak setampan aktor idolaku, tubuhnya tak atletis, fisiknya memang bukan idaman kebanyakan wanita, tapi ia idamanku. Biar hanya aku yang menginginkannya.
Hei taukah kau? Aku selalu memendam cemburu yang tak jelas saat kau tiba-tiba tak ada, saat kau berpamit untuk pergi dengan wanita lain, bahkan saat kau bercanda dengan wanita lain di hadapanku, yang akhirnya membuatku merasa kesal dan jadi tak menyenangkan untukmu.
Secara tiba-tiba aku bisa merasa jatuh cinta, dengan tiba-tiba pula aku bisa berpikir bahwa kita tak mungkin satu. Terlalu lama menjaga yang semoga memang harus dijaga, dengan sekian banyak a b c di jalanan, kita masih tangguh menghalau.
Aku sering merasa sangat dicintai dan sangat jatuh cinta padanya, tapi sepersekian detik aku bisa merasa aku membencinya. Sudah banyak terjatuh dalam waktu yang tidak singkat, pengalaman demi pengalaman berdatangan menjabat tangan.
Semoga selalu aku dengannya bisa saling menjaga, tanpa emosi yang berlebih. Dia yang tak pernah mengeluh atas sifat manja, bahkan sifat kekanak-kanakan ku, aku bisa melambungkannya tinggi dan kemudian ku jatuhkan dengan sangat kasar.
Semoga selalu tak pernah habis rasa itu padaku.
Read More

Senin, 25 September 2017

Aku

Aku
Hembusan angin yang menyesatkan
Petir yang memekakkan telinga

Aku
Gelandangan yang terlunta
Berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain

Aku
Adalah sepi ditengah badai

Aku
Rinai hujan yang dirutuk orang
Panas mentari yang tak diharapkan

Aku
Tiada sempurna barang sedikit

Aku
Tetiapa tanpa hadirMu

-Hariyatunnisa Ahmad-
Surakarta, 25 September 2017
21.30 WIB
Read More

Jumat, 22 September 2017

Mendung

Ia mengembalikan lagi ingatanku di masa lalu. Sesak. Sangat menyesakkan dada, sampai tak mampu membuatku berkata-kata. Sepi di sore itu tak kunjung usai, menengadah gelap yang mulai membaur dengan birunya langit. Lupakan saja aku sesukamu. Aku tak pernah memaksamu untuk mengingatku, apalagi mengirimi aku pesan. Tapi lagi-lagi mendung itu membawa kabar semu tentangmu, di pikiranku. Masa lalu yang tak kunjung usai dilupakan, yang tak pernah pergi meski ku tinggal lari.
Drama dalam hidup sudah biasa, tapi jika drama itu mulai bermain dalam angan dan pikiran? Kau bisa apa?
Read More

Selasa, 14 Februari 2017

2017, Februari

Hari ini 1095 hari yang lalu, sore sekitar pukul 15.56 WIB 14 Februari 2014. Ditengah hujan abu yang masih menyelimuti pandangan, kita duduk berdampingan di kursi teras rumah. Lama terdiam, kau utarakan rasa yang sebenarnya kita pun masih tak yakin untuk merasa. Kita coba berjalan melangkah dengan baik untuk meninggalkan masa lalu. Dua mangkuk mie goreng telur yang masih hangat jadi saksi bahwa rasa antara kita masih tanda tanya. Tak lama kau ungkap rasa itu pada dunia dan mulai berdatangan pertanyaan yang memenuhi berandaku.
Perjalanan kita memang tak pernah mulus. Di jalanan pun masih banyak kita temukan lubang, bukan? Masih banyak kemacetan di mana-mana yang membuat arus lalu lintas tak berjalan lancar. Begitu pun dengan perjalanan yang kita tempuh. Sampai akhirnya tiga bulan berlalu, di tengah riuh malam pusat kota kita bersaksi tak saling mencinta. Tak terungkap, tapi jelas tersirat. Sama-sama kita mengatakan bahwa kita belum bisa untuk tidak menengok ke belakang, bayangannya masih jelas tergambar. Hal itu tak jua membuat kita menyerah, kita tetap bisa tertawa dengan sangat bahagia.
Memang benar pepatah yang mengatakan cinta datang karena terbiasa. Kita terbiasa menghabiskan waktu bersama sampai-sampai kita lupa, entah sejak kapan perasaan itu mulai muncul menyelimuti hati yang sepi. Ah, banyak sekali rupa-rupa kehidupanku bersamamu.
Terima kasih telah menjadikanku teman setia di hatimu.
Selebihnya ku harap bisa menjadi teman setia di hidupmu.
Selamat menempuh tahun keempat.

Selasa, 14 Februari 2017
17.24 WIB
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

Description

Seorang istri, anak, kakak, adik, dan pendidik.

About Me

Foto saya
Perempuan biasa yang tak pandai bicara

Friendship

Pageviews

About

Untaian kata yang tak pernah henti terurai. Huruf-huruf yang tersedak di tenggorokan, menutup muka untuk keluar. Semakin dalam, semakin sulit diungkapkan. Lewat tulisan aku menyapamu, lewat tulisan aku bercerita dan lewat tulisan aku mengenalmu.