Cerita, Cinta, dan Kita

Rabu, 25 Februari 2015

Chocolate Granule_1

        Malam ini masih dihiasi hujan, rintik – rintiknya menemani setiap detik diwaktu tidurku, bunyi – bunyi petir yang menyambar, sekejap melintas beralun tenang seakan mengerti keadaanku, meramaikan dunia mimpiku, meski langit gelap tapi Tuhan masih memberi sedikit cahaya dilangitku. Tak lama, Iris menampakkan sedikit keindahannya, melintas disepanjang penglihatan, mewarnai langit yang sedari tadi mendung, pekat tak menarik.
     Semilir angin berhembus bersahutan dengan rinai hujan yang masih setia membasahi bumi. Dalam lelapnya malam yang tak tersapa, dengan asa digenggaman jemari, ku beranikan diri untuk menyapa mimpi. Sedang apa aku didalam mimpi? Ah, seharusnya ku putar saja anak kunci dipintu itu, tak usah bertanya, karena hanya aku yang mengetahui jawabnya.
       Aku berdiri sendiri ditengah kerumunan orang yang lalu lalang melintasi jalanan, tak ada satupun yang ku kenal. Semuanya terasa asing, suasana ini, dan juga orang – orang ini. Tubuh ini terasa kaku, bibir ini tak ingin berkata meski hati berkali-kali berteriak memanggil seseorang yang membelakangiku, seseorang yang sempat menoleh namun tak sempat ku sapa dengan baik. Seharusnya ku biarkan ia pergi berlalu dan tak menoleh lagi, tapi kali ini aku memberinya kesempatan untuk kembali melihatku dan meninggalkanku, kesekian kalinya aku kehilangan.
      “Ini hanya mimpi” bisik hati kecilku menenangkan. “Tak perlu khawatir, aku akan datang menemuimu, aku tak pernah melupakanmu, hanya sedikit melihatmu berbeda karena waktu yang merubahnya” suara parau yang tak asing ditelingaku, seseorang yang mungkin tadi meninggalkanku, kini berada di belakangku sembari membisikkan kata yang tak ingin aku dengar dari bibirnya. Terpaku terpana merasakan hembusan nafas dari mulutnya yang berhembus menjalari telinga dan leher jenjangku, aku masih tak ingin menoleh dan melihat siapa yang sedang berbicara padaku, ku biarkan perasaan ini mengambang dibatas waktu senja ini.
 Dunia gelap tak berwajah, memendam beberapa kenangan yang terkubur perlahan dalam pikiran, rinai hujan ini meresonansi kembali pikiran-pikiran yang seharusnya sudah ku lupakan. Perlahan menengadahkan tangan, mengumpulkan butir-butir hujan yang jatuh menetes dari atap-atap rumah. Semburat cahaya mulai nampak, mata yang terbuka disambut indahnya pelangi, hari mulai terang dan hujan semakin menyurut. Langit sudah lelah untuk menangis, meratapi kehidupan yang tak kunjung membaik, semakin kejam dan terus menusuk dada hingga sesak. Aku berdiri ditengah ribuan duri yang tumbuh di kisahku, tertatih menggapai muara disudut jalan, menepi pada bara api yang membara, tak ada waktu untuk berhenti.
Ditepi tebing curam, ku lihat diriku berdiri tanpa teman, ditengah rindangnya pepohonan yang tumbuh secara liar, diterkam angin yang berhembus kencang semakin lama tubuh ini semakin goyah, terpejam mata ini dan perlahan pijakan kaki bergerak maju hingga akhir tepian tebing. Teriakan kasar air laut menghujam tubuh yang terjerembab didalam air, ombak mengombang-ambing tubuh lelah yang tak berjiwa.
Tersentak mata ini terbuka, langit-langit kamar terlihat jelas dengan lampu padam yang menggantung menghiasi langit kamar, keringat tak henti mengalir disekujur tubuh, nafas yang memburu seperti sehabis maraton selama berjam-jam. Menghirup nafas dalam, merasakan angin-angin yang masuk melalui pori-pori yang terbuka, melepaskan penjara udara melintasi bibir mungil yang agak terbuka. Terduduk ditepi ranjang, menggenggam kunci mimpiku yang terlihat berkarat. Telah lama aku tak membukanya, mereka tak inginkan aku datang.

            Ah aku melihatnya, dia yang dalam gelap tak bercahaya, menyatu dengan alam yang tak terduga kapan tertiup angin. Langit-langit kamar yang diam seribu bahasa enggan untuk menjadi saksi hadirnya ia dalam kehidupanku. Disini, dilantai ini ia pernah menapaki langkah kakinya untuk pertama kalinya, tepat dihari ini tiga tahun yang lalu.
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

Description

Seorang istri, anak, kakak, adik, dan pendidik.

About Me

Foto saya
Perempuan biasa yang tak pandai bicara

Friendship

Pageviews

About

Untaian kata yang tak pernah henti terurai. Huruf-huruf yang tersedak di tenggorokan, menutup muka untuk keluar. Semakin dalam, semakin sulit diungkapkan. Lewat tulisan aku menyapamu, lewat tulisan aku bercerita dan lewat tulisan aku mengenalmu.