Cerita, Cinta, dan Kita

Senin, 17 November 2014

Ini Pesanku #1

           Malam ini masih dihiasi hujan, rintik – rintiknya menemani setiap detik diwaktu tidurku, bunyi – bunyi petir yang menyambar, sekejap melintas beralun tenang seakan mengerti keadaanku, meramaikan dunia mimpiku, meski langit gelap tapi Tuhan masih memberi sedikit cahaya dilangitku. Tak lama, Iris menampakkan sedikit keindahannya, melintas disepanjang penglihatan, mewarnai langit yang sedari tadi mendung, pekat tak menarik.
            Semilir angin berhembus bersahutan dengan rinai hujan yang masih setia membasahi bumi. Dalam lelapnya malam yang tak tersapa, dengan asa digenggaman jemari, ku beranikan diri untuk menyapa mimpi. Sedang apa aku didalam mimpi? Ah, seharusnya ku putar saja anak kunci dipintu biru itu, tak usah bertanya, karena hanya aku yang mengetahui jawabnya.
Aku berdiri sendiri ditengah kerumunan orang yang lalu lalang melintasi jalanan, tak ada satupun yang ku kenal, siapa mereka? Mau apa? Entahlah, semuanya terasa asing, suasana ini, dan juga orang – orang ini. Tubuh ini terasa kaku, bibir ini tak ingin berkata meski hati berkali-kali berteriak memanggil seseorang yang membelakangiku, seseorang yang sempat menoleh namun tak sempat ku sapa dengan baik. Seharusnya ku biarkan ia pergi berlalu dan tak menoleh lagi, tapi kali ini aku memberinya kesempatan untuk kembali melihatku dan meninggalkanku, kesekian kalinya aku kehilangan.
“Ini hanya mimpi” bisik hati kecilku menenangkan. “Tak perlu khawatir, aku akan datang menemuimu, aku tak pernah melupakanmu, hanya sedikit melihatmu berbeda karena waktu yang merubahnya” suara parau yang tak asing ditelingaku, seseorang yang mungkin tadi meninggalkanku, kini berada di belakangku sembari membisikkan kata yang tak ingin aku dengar dari bibirnya. Terpaku terpana merasakan hembusan nafas dari mulutnya yang berhembus menjalari telinga dan leher jenjangku, aku masih tak ingin menoleh dan melihat siapa yang sedang berbicara padaku, ku biarkan perasaan ini mengambang dibatas waktu senja ini.
Dunia gelap tak berwajah, memendam beberapa kenangan yang terkubur perlahan dalam pikiran, rinai hujan ini meresonansi kembali pikiran-pikiran yang seharusnya sudah ku lupakan. Perlahan menengadahkan tangan, mengumpulkan butir-butir hujan yang jatuh menetes dari atap-atap rumah. Semburat cahaya mulai nampak, mata yang terbuka disambut indahnya pelangi, hari mulai terang dan hujan semakin menyurut. Langit sudah lelah untuk menangis, meratapi kehidupan yang tak kunjung membaik, semakin kejam dan terus menusuk dada hingga sesak. Aku berdiri ditengah ribuan duri yang tumbuh di kisahku, tertatih menggapai muara disudut jalan, menepi pada bara api yang membara, tak ada waktu untuk berhenti.
Ditepi tebing curam, ku lihat diriku berdiri tanpa teman, ditengah rindangnya pepohonan yang tumbuh secara liar, diterkam angin yang berhembus kencang semakin lama tubuh ini semakin goyah, terpejam mata ini dan perlahan pijakan kaki bergerak maju hingga akhir tepian tebing. BYURRRR!! Teriakan kasar air menghujam tubuh yang terjerembab dialam air, ombak mengombang-ambing tubuh lelah yang tak berjiwa.

Tersentak mata ini terbuka, langit-langit kamar terlihat jelas dengan lampu padam yang menggantung menghiasi langit kamar, keringat tak henti mengalir disekujur tubuh, nafas yang memburu seperti sehabis maraton selama berjam-jam. Menghirup nafas dalam, merasakan angin-angin yang masuk melalui pori-pori yang terbuka, melepaskan penjara udara melintasi bibir mungil yang agak terbuka. Terduduk ditepi ranjang, menggenggam kunci mimpiku yang terlihat berkarat. Telah lama aku tak membukanya, mereka tak inginkan ku datang.
Read More

Rabu, 05 November 2014

Aku Disini

Aku sudah banyak kehilangan waktu
waktu bersamamu tentunya
malam kemarin, aku resah
menantimu yang juga tak kunjung datang
karna hujan mengguyur, menghalangi arah pandanganmu padaku

Aku tak pernah tau
kapan kau ada, dan kapan kau tiada
mungkin tak ada waktu untukku memikirkannya

Waktuku tersita oleh pikiran-pikiran jahat tentangmu
aku terlalu sibuk memikirkan kekuranganmu
menyebutkan kesalahanmu, memaparkan kelemahanmu
Maafkan aku...

Setiap malam aku rindu,
rindu menggebu yang tak pernah terungkap
entah sejak kapan, entah untuk siapa
hatiku menahan semua kendali atas diriku

Lalu siapa aku?
yang tak bisa mellhat apa yang seharusnya ku lihat
tak merasa apa yang seharusnya ku rasakan
semua terbelenggu rasa yang rapuh dikalbuku

Aku disini
pegang tanganku, tuntun langkah kakiku
dekap aku jika aku terjatuh, temani aku dikala aku terjaga

Aku disini
Bersamamu yang tak ada....

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Sabtu, 27 September 2014

Penggalan Pujangga

Sejuk embun dipagi hari
Meraba kepenatan yang tersembunyi
Membaca segelintir kesalahan

Mungkin..
Hanyut terbawa ombak
Tergeletak terapung dilautan
Menghamtam karang
Diam…

Beribu makna tak berarti
Hingga akhir tak tersadari
Ya…
Hangatnya kini terasa

Pekat malam tertutup bintang
Tirai temaram yang mulai menjulur
Terbuka perlahan
Menampakkan kabar gembira

Penggalan kata para pujangga

Tak bermakna

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Mohon Ampun

Gemerlap bintang bertabur di angkasa
Meniti jarak menuju pelita hati

Muara senja kian menipis
Berjingkrak menyambut rembulan

Bertalun – talun irama mentari menerpa
Seberkas cahaya menuju jendela
Membuka mata , membasuh wajah
Pagiku kian membuncah

Ingatkan waktu lalu ...

Menatap senja yang mulai menghitam
Pilu , menghiasi hidupku
Hiruk pikuk ku hantam tajam

Sayatan pena tak berguna
Beruntung tak mendalam
Menghadap Ilahi penuh rona

Mencari sang pencipta,

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Inikah hati manusia?

Berluruskan iman
Bertempuh nurani
Lumuran dosa terbasuh basah
Pada tetesan air mata

Jatuh merantau nan jauh disana
Membawa segenggam mawar berduri
Putihnya yang kau tukar dengan merah
Hingga kini terus berubah – ubah

Tancapkan luka pada relung
Mengetuk hati insan yang dimabuk
Keindahan dunia sekitar

Mengasah pikiran demi titik terang
Bukit terjalpun mampu terlewati
Namun sungai jernih yang mengalir tenang
Tak kuasa ku taklukan

Begitu hati yang didera pilu
Resah datang tak kunjung berpamit
Rekahan melati yang kau bakar sepuasmu
Inikah hati manusia?

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Inikah Negeriku?

Berkas cahaya masih memantul
Menawarkan kegembiraan dalam kemolekan dunia

Terpancar walau sedikit
Namun berarti…
Tersudut wajah – wajah lusuh
Berikan jiwa tak terpakai

Terkulai lemah diatas dipan
Melirik arah jam berputar
Berkutat dalam kepalsuan
Masih terasa kejujuran

Hati bergerak mengikuti
Melipur lara para pejuang
Menghampiri bebatuan
Menatap dalam

Inikah negeriku?

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Mawar Merah

Cukupkah kudapati dirimu?
Indah mekar merahku
Diantara putihnya kehidupan
Kau nyata !!

Merahmu ku gapai
Namun tak mampu ku dapati
Sebelum tangan halus mendekat
Merah mengalir segera disela jemari

Mungkinkah merahmu itu aku?
Yang sulit didapati
Namun selalu menyakiti

Segera meraih, kau indah
Merah merekah indah dipandang
Oh…mawar merahku
Selalu kau alirkan tetesan darah
Tapi tetap kau berikah kebahagiaan
Pada setiap insan yang mendapatkanmu


-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Bunda

Malamku kau buat terang
Siangku kau buat bersinar
Senjamu menunjukkan lembayungku

Letihku kau lelapkan
Bahagiaku kau tangiskan
Dan dekapanmu mampu tepiskan sedihku

Dalam tangis doamu
Tak pernah lupa kau sebut namaku
Ucapkan harapanku
Menengadahkan tangan memohon ampun untukku

Kerapkali ku menyakitimu
Tetap kau berikanku senyuman tulus
Lembutnya tutur katamu
Selalu dapat meluluhkan hatiku

Penyemangat dalam jatuhku
Pembangkit dalam keputusasaanku
Petunjukku saat ku kehilangan arah
Sebagai penjelas dikala aku tak mengerti
Sebagai lilin penerang saat ku takut akan gelap

Semuanya selalu terarah padaku

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Luka

Dalam malam ia datang
Mengundang Tanya di benakku
Kapankah ia ‘kan bersarang
Dan menjadi cahaya terangku

Mungkin kini kau belum mengerti
Meski bintang menjadi saksi
Karma belum saatnya kau untuk tahu
Bagaimana rasanya memendam luka hati yang perih

Dalam canda pasti ada tawa
Dalam duka pasti ada derai air mata

Bulan selalu datang dan pergi
Mengisi hari – hariku yang sepi
Aku tak ingin kau tahu
Bahwa aku terluka karnamu

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

#Akhelois, Ini Pesanku

Hai, Elpis!
Sampaikan pintaku pada Filotes
Untuk terus bersamaku hingga Ahanatos mendekatiku
Katakan pada Nyx untuk tak lagi menjatuhkan Hemera
Berjuta kerlip bintang dilangitmu, Zeus
Aku tetap sendiri menikmatinya
Berharap penuh pada Elpis untuk menegaskannya
Mengusapkan peluh lagi di dahiku
Mengupas segala kerinduan yang mengusik hati
Mengikat lagi tali kepalsuan dirajutanku
Menghempaskan lagi sang Hormes kehidupan
Oh…Hebe !
Cepatlah jabat tanganku
Yang sudah berbalur kebahagiaan
Apakah aku akan gila, hai Ate?
Jawablah kenikmatan nuraniku
Mengumpulkan lagi kenyataan yang pahit
Namun tak lagi terurai karena kau Morfeus!
Pistis, berkatilah kebenaran ini
Tangguhkan selalu pendirianmu
Agar tak lagi ada yang terlupa layaknya sang Adikia
Kumohon padamu, Eros
Berilah percikan cintamu dihatiku
Merona mengembang disetiap harinya
Menyatu dengan Eusebia
Pekat terasa hingga tak ingin lagi terlepas
Tenang….
Aku tak menyalahkanmu, Fitonus!
Kau begitu indah untuk dihadirkan

Karena kau bagian terpenting dari Eros sang Dewi Cinta

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Dunia (Palsu)

Tangan – tangan kotor
Mulai beterbangan
Menjamah yang tak tersentuh
Menghakimi yang tak bersalah

Semangan membara
Membawa bara api tiang pondasi
Sejenak hancur dan membangun

Untuk apa kau beri bibit yang sempurna
Jika akhirnya kau rampas
Seluruh petikan itu

Dengan bangga
Berkaca penuh wibawa
Tak henti tersungging senyum penghinaan

Dalam deretan jemarimu
Tertumpah sejuta tetes peluh
Darah yang terus mengalir deras

Hingga kaupun tak perduli

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Tanpa Judul 4

Satu hati ku jadikan jiwa
Penuh sesal raga ku serahkan
Entah kapan kan ku relakan
Saatnya nanti ku harus terima. . .

Pelangi suram penuh kesedihan
Tak nampak cahaya periangnya
Hingga jingganya berubah kelam

Indahnya kehidupan tak jua ku rasakan
Hingga hidup tak berbekal
Lekas menghilang dicambuk badai
Sampai kisah tak ingin berujung
Terus dan terus tertiup angin
Melambai penuh perih

Lekas terperih rasa ini
Jantung tak mau berhenti pada saatnya
Pergi ! bawalah pedih ini.

Sampai nanti kita bertemu dilain hari
Bermekaran bunga indah diwajah
Rona seri bahagia terpancar


nantikanlah ! tunggulah saat itu ....

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Karena Ini (Hati)

Saat kau mulai membuka hati
Berarti kau bersiap untuk disakiti
Kau tak tahu bagaimana sakitnya dicintai
Dan indahnya dilukai

Sakit bisa kau anggap indah bila kau menikmatinya
Dan bisa tersiksa bila kau menganggap itu luka
Bukan untuk siapa yang dicintai,
Tapi untuk apa menyakiti?

Tinggalkan semua lelah yang membosankan ini
Ingin berlari sekencang mungkin
Menghindar menjauh karena kau telah membuka hati
Dan karena aku tak ingin menyimpan luka dihatimu

Menunda semua peristiwa yang terjadi

Aku tak bisa !

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Dalam Genggamanmu

Ingin lagi mengulang yang telah lama terulang
Menyeka lagi derai air mata yang terusap
Menyatukan kisah yang berceceran

Awan hitam yang kian menghantui langit
Kini membuka celah untuk mentari bernafas
Membiarkan cahayanya menghilangkan kepenatan
Akankah selalu seperti ini?

Kembali menuju mesin waktu
Memutar jam yang terus berdentang melawan waktu
Aku disini, melihatmu yang selalu menatapnya

Kau yang berdiri disana,
Percepatlah langkahmu memilih jalan

Jangan biarkan hati menjadikanmu bimbang

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Cinta

Mampu kau rangkai indah cintamu
Namun tak kuasa kau rangkai kata
Yang berlumat kebahagiaan

Sepi hadirmu disini
Tak dapat ku tempuh jarak tanpamu
Hangat dekapanmu yang selalu kurasa
Mampu mengusir malam gelapku
Hadirkan bintang hati dalam langitku

Rembulan pagi
Dan mentari senja
Melambaikan lembayungnya
Meniti langkah untuk pergi

Lukislah luka dengan cintamu

Hingga terasa indahnya goresan itu

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Hujan Diawal April

Langit kembali membawaku mundur
Meresonansi  pikiran ke masa yang telah lewat
Membendungnya dan selalu menyimpannya
Hingga saatnya akan tertumpah ruah
Segala kenangan yang terbuang

Dalam rintik hujan yang turun membasahi
Pergi dan terurai bersama dengan semua kepedihan

Membalut luka yang kian menganga
Bersama dengan sebentuk senyuman penuh warna
Terjawab kesedihan yang terselip dalam riang
Memacu semangat yang semakin luntur
Membuka titik terang kehidupan

Membuka celah yang terus melebar
Kaki-kaki kecil yang dulu berlari
Dibatas jalan itu, melintas dihadapanku
Tawa-tawa riang tanpa beban

Semakin jauh berjalan
Merasuk memenuhi relung
Hingga tak lagi temui jalan kembali
Kenangan yang semakin hidup
Kian membuncah terpukul waktu

Aku rindu
Read More

Pulang

Kelam hari semakin terasa
Mungkin tak lagi ada bahagia
Lembayung senja sudah melambai
Menjemput kepingan hari yang tertinggal

Waktu kian menipis
Tak lagi ada kesempatan untuk mengulang
Sudah saatnya berpamitan
Tak akan mungkin lagi kembali

Sudahi hari,
Tutup mata dan bermimpilah
Disana kau akan dipertemukan
Dengan luka abadi yang membahagiakan

Aku kembali,
Menyusun derita yang sekian lama terurai
Merangkai lagi senyuman itu

Aku pergi...
Read More

Rangkulan Senja

Berkali-kali rintik hujan menghujam
Membuka lagi luka lama yang belum kering
Tajamnya pedang yang menghunus, terganti goretan pena yang memutus urat nadi

Sekali lagi menyapa pelangi
Membiarkan warnanya jatuh membasuh
Menyegarkan hati yang kelabu

Berharap kesekian
Nyanyian tanah berteman guruh
Menyepi, hilang bersama ditelaga air mata

Pintu yang masih tertutup
Berkarat untuk dibuka
Kabut selimuti kegundahan jiwa yang gelisah
Menyapu desiran luka yang berserakan
Hidup...
Menghidupkan rindu yang telah terkulai mati
Ditengah deburan ombak
Bernyanyi menyapa senja diujung mentari pasang

-Hariyatunnisa Ahmad-
Read More

Kamis, 12 Juni 2014

Sebuah Tanya

“Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
Sambil membenarkan letak leher kemejaku”
Kabut tipis pun turun pelan – pelan di lembah kasih
Lembah mandala wangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan – hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
“Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
Lampu – lampu berkelipan di Jakarta yang sepi
Kota kita berdua
Yang tua dan terlena dalam mimpinya
Kau dan aku berbicara
Tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita
“Apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu.
Kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta?”
Haripun menjadi malam
Kulihat semuanya menjadi muram
Wajah – wajah yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti
Seperti kabut pagi itu
“Manisku, aku akan jalan terus

Membawa kenangan – kenangan dan harapan – harapan bersama hidup yang begitu biru”

-Soe Hok Gie-
Read More

Harian Sinar Harapan 18-08-1973

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
Tapi aku ingin habiskan waktuku disisimu sayangku
Bicara tentang anjing – anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga – bunga yang manis dilembah mandala wangi
Ada serdadu – serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
Ada bayi – bayi yang mati lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati disisimu sayangku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya – Tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
Mari, sini sayangku
Kalian yang pernah mesra,
Yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langit atau awan mendung
Kita tak pernah menanamkan apa – apa
Kita takkan pernah kehilangan apa – apa
Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda
Dan yang tersial adalah berumur tua
Berbahagialah mereka yang mati muda
Makhluk kecil kembalilah dari tiada – ke tiada

Berbahagialah dalam ketiadaanmu

-Soe Hok Gie-
Read More

Pesan

Hari ini aku lihat kembali
Wajah – wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaan
Dan demokrasi
Dan cita – cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka
Yang tanpa tentara mau berperang melawan diktator
Dan yang tanpa uang mau memberantas korupsi
Kawan – kawan kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan

Selalu dalam hidup ini ?

-Soe Hok Gie-
Read More

Dengan Satu Kata

Cahaya matahari senja
Luruh menimpa ketenangan waktu
Seakan mengajak pergi fajar paginya
Memecah kabut diantara jaring kecilnya

Semburat keperakan memantul riang
Menyerupai permadani perak dibalut senyum embun kecil

Nampak dari kejauhan, mendung berarak pulang
Mendekati langit diatas hari
Terbias... lekas menghilang dalam tatapan fajar

Suryapun bersinar tajam
Bersama penghuni langit beriring menyentuh
Saling bersahutan mereka dalam gerakan
Sesekali menatap mengharap yakin

Ada kisah yang harus terjadi
Ada waktu dimana saat itu tidak ada lagi
Ada rasa yang kian membuncah
Membiru terpukul waktu

Aku tidak bisa berhenti
Tidak bisa berhenti untuk terus ungkapkan
Sejuta pesona mekar dijiwa
Mengajak kepak sepasang sayap...terbang...terbang menghampiri
Untuk harapkan yang terakhir dalam dermaga hati

Dalam tanganMu Engkau pelukis langit
Dalam setiap rajut mimpiMu
Terjadilah untuk sesaat lamanya
Terjadilah dalam wujud senyumMu

Dengan satu kata...

Andaikan bisa... 
Read More

Mandalawangi - Pangrango

Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang – jurangmu
Aku dating kembali kedalam ribaanmu,
Dalam sepi dan dalam dinginmu
Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku
Aku cinta padamu, Pangrango
Yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala cintamu
Dan cintaku adalah kebisuan semesta
Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti
Mandalawangi kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua
“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda Tanya”
Tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah dan hadapilah
Dan antara ransel – ransel kosong dan api unggun yang membara
Aku terima ini semua
Melampaui batas – batas hutanmu
Melampaui batas – batas jurangmu
Aku cinta padamu, Pangrango

Karena aku cinta pada keberanian hidup

-Soe Hok Gie-
Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

Description

Seorang istri, anak, kakak, adik, dan pendidik.

About Me

Foto saya
Perempuan biasa yang tak pandai bicara

Friendship

Pageviews

About

Untaian kata yang tak pernah henti terurai. Huruf-huruf yang tersedak di tenggorokan, menutup muka untuk keluar. Semakin dalam, semakin sulit diungkapkan. Lewat tulisan aku menyapamu, lewat tulisan aku bercerita dan lewat tulisan aku mengenalmu.