Cerita, Cinta, dan Kita

Sabtu, 07 Oktober 2017

Surat Terbuka di Waktu Mendatang

Teruntuk suami di masa depanku yang sampai saat ini senantiasa di rahasiakan Sang Pencipta, izinkan aku berkata-kata sebelum kita dipersatukan.
Aku, seorang perempuan yang penuh dengan amarah, manja, dan sangat menyebalkan. Aku tak pernah bisa mencintai seseorang dengan benar, caraku selalu salah. Semoga padamu, yang ditakdirkan untuk menemani masa tuaku, menemaniku menikmati rinai hujan di atas balkon dengan segelas teh hangat, semoga hanya padamu caraku mencinta adalah tepat, waktu ku mencinta teramat istimewa. Kau yang teristimewa, aku ingin mencintaimu seperti kecintaanku pada hujan. Seburuk apapun hujan, aku tak pernah membencinya, aku tak pernah merutuknya, segenting apapun keadaannya saat hujan, tetap saja aku mencintainya. Untukmu suamiku di masa depan, yang sampai saat ini masih belum bisa ku jangkau, tuntunlah aku menjadi bidadari sholehahmu, genggam tanganku dan tuntun aku menuju Jannah-Nya. Untukmu, suami di masa depanku, semoga Sang Pencipta senantiasa menjagamu. Kau tau? Aku pernah khilaf mencintai seseorang sebelum kau, aku bukan sholehah idaman, tapi semoga kau bisa menyempurnakan imanku, menerimaku yang berkali-kali masuk dalam rumah yang salah, yang akhirnya membawaku pada rumah terakhirku, rumah ternyaman untukku pulang, hatimu. Lelaki ku, semoga kau masih mau bersabar sampai Tuhan mempertemukan kita. Kehidupanku tak baik, maka baikkanlah. Hatiku tak cantik, maka cantikkanlah. Imanku tak sempurna, maka sempurnakanlah.

-Hariyatunnisa Ahmad-
Surakarta, 07 Oktober 2017
08.19 WIB

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Description

Seorang istri, anak, kakak, adik, dan pendidik.

About Me

Foto saya
Perempuan biasa yang tak pandai bicara

Friendship

Pageviews

About

Untaian kata yang tak pernah henti terurai. Huruf-huruf yang tersedak di tenggorokan, menutup muka untuk keluar. Semakin dalam, semakin sulit diungkapkan. Lewat tulisan aku menyapamu, lewat tulisan aku bercerita dan lewat tulisan aku mengenalmu.